FOMO

Berapa lama anda melihat dan mengoperasikan ponsel dalam sehari, di luar waktu tidur anda? Jangan-jangan anda selalu ingin melihat ponsel setiap saat? Sebab takut tidak update dan ketinggalan berita? Itulah FOMO.

FOMO akronim dari Fear of Missing Out adalah perasaan cemas yang timbul, karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi. Dan ini seringkali disebabkan karena unggahan di media sosial. FOMO didefinisikan sebagai rasa takut karena tertinggal atau tidak mengetahui peristiwa, informasi, atau pengalaman, dan orang lain mendapat pengalaman berharga dari sesuatu tersebut. FOMO ditandai keinginan untuk terus terhubung (connected), dengan apa yang dilakukan oleh orang lain dan yang terjadi di media sosial.

FOMO juga terkait dengan rasa takut akan kehilangan kesempatan, untuk ikut berperan dalam suatu peristiwa, yang dapat meningkatkan popularitas. FOMO terdiri dari dua hal:

  1. Aspek takut kehilangan, ditandai dengan perilaku untuk berusaha terhubung dengan orang lain.
  2. Aspek Sosial, yaitu FOMO yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memiliki dan pembentukan hubungan antar pribadi yang kuat.

Pada tahun 1996 fenomena FOMO ini pertama kali diidentifikasi oleh ahli strategi pemasaran DR. Dan Herman. Beliau melakukan penelitian, kemudian pada tahun 2000, menerbitkan makalah akademis pertama tentang topik itu di The Journal of Brand Management. Menurut DR. Dan Harmen, konsep itu sebenarnya sudah berkembang pesat dan tersebar luas, melalui penggunaan ponsel, SMS, dan media sosial.

FOMO ini berdampak pada ketakutan akan kehilangan momen dan  berdampak pada rendahnya kesejahteraan psikologis. Penderita yang takut kehilangan momen, cenderung memiliki kesejahteraan psikologis negatif. Sebab ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran yang muncul, membuat seseorang tidak mampu untuk menguasai lingkungan.

DAMPAKNYA

Akibatnya, penderita menjadi tidak mampu menjalin interaksi sosial yang positif dengan orang lain. Dan tingkat penerimaan atas dirinya sendiri menjadi rendah. Ketakutan akan kehilangan momen, akhirnya meningkatkan intensitas penggunaan media sosial. Hal ini memicu kecanduan media sosial. Dan FOMO berdampak dalam beberapa hal:

  1. Mempengaruhi kesehatan mental.
  2. Mempengaruhi hubungan sosial.
  3. Gangguan finansial.
  4. Menyebabkan pengalaman sosial dan emosional negatif, misalnya: kebosanan dan kesepian.
  5. Suasana hati negatif dan kepuasan hidup yang menurun.
  6. Mengurangi harga diri dan mempengaruhi kesadaran.

ROMO

Seyogyanya, mesti cermat dan smart dalam penggunaan ponsel, FB, IG dan media sosial anda. Jika tidak ada akan terbawa kemana-kemana, dan itu dapat membuat anda kehilangan jati diri anda sendiri. Tetaplah menjadi diri anda sendiri, tidak perlu hanya ikut-ikutan agar tetap terhubung. Itu dapat membuat anda hanyut dan hilang kepercayaan diri. Dan anda kehilangan waktu untuk menjadi diri sendiri.

Ada hal yang penting, alih-alih menjadi FOMO, berusahalah untuk menjadi ROMO Reality of Missing Out. ROMO membuat anda mandiri, tidak tergantung kepada sesuatu yang heboh dan bergejolak di lingkungan sekitar. Dan anda tetap menjadi diri sendiri. Dan itu menyadarkan, juga menggambarkan perasaan ketika mengetahui bahwa anda tidak kehilangan apa pun.

FOMO DENGAN PUASA

Apa hubungannya dengan puasa? Alih-alih dengan FOMO, lebih baik memakai ROMO. Dengan ROMO, anda akan punya lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Segala, bukan hanya sibuk melihat HP. Sibuk membuat berita dan content, agar tetap eksis. Apalagi hanya sekedar agar tidak ketinggalan berita.

Sebab tidak ingin ketinggalan, FOMO kadangkala atau sering malah, membuat anda menjadi ikut sibuk membagikan quotes, kata-kata bijak dan tausiah. Dan sering membagikannya, tanpa pernah membacanya dengan cermat dan mendalaminya sendiri. Sebab lebih sibuk upload dan forward, daripada menjalankan sendiri.

Pokoknya CPF = Copy, Paste & Forward deh!

Jadi bagaimana dong?

ROMO saja deh, lebih bermanfaat … paling tidak untuk Ramadan ini.

Kemayoran, 26 Maret 2023

Ki Pandan Alas