Di televisi kita melihat gubernur Bali berang. Beliau marah, banyak turis menggunakan sepeda motor, dengan plat nomor sembarangan, tanpa helm dan SIM. Beliau lalu melarang turis, naik sepeda motor di Bali.
Juga ada kasus WNA memiliki KTP Bali. Warga negara Suriah itu ditangkap karena menggunakan KTP Bali, untuk melakukan penyuapan.

Kasus-kasus itu sebenarnya menunjukkan, Bali terlalu banyak bertenggang rasa, hanya demi mengakomodasi turis, yang masuk ke Bali. Banyak kemudahan-kemudahan yang terlalu berlebih. Kadang malah melampaui standar, sehingga banyak membuat para turis itu menjadi besar kepala! Para turis jadi merasa benar-benar raja, yang harus dipenuhi semua keinginannya!
Ada salah satu kasus di mana turis yang marah-marah di sebuah Cafe. Dan oleh pemilik Cafe dipukul dengan kursi, yang menyebabkan kematiannya. Ini adalah salah kasus di mana turis asing begitu merajalela dan berbuat seenaknya sendiri, di Bali yang kita cintai.

Barangkali tidak salah apa yang disebutkan oleh Nash Daily dalam videonya yang mengatakan bahwa Bali adalah Pulau Putih. Sebab (terlalu) banyak wisatawan asing berkulit putih yang berada di mana-mana di Bali. Dan melakukan kegiatan, yang kadangkala terlalu berlebihan.
Salah satu contohnya, ada turis yang komplain merasa terganggu, karena kokok ayam jantan. Lah kalau mau tidak mau mendengar kok ayam, ya tinggal di Hotel Bintang 5. Dan jangan tinggal di kampung, di homestay yang murah bayarnya. Maunya enak, kok bayar murah. Yang bener aja lu, bule kismin!
Tetapi memang yang berbuat banyak ulah itu adalah turis yang kismin. Yang hanya sedikit memberi nilai tambah bagi Bali.

Beberapa hal itu, dapat menjadi kritik dan masukan yang harus diperhatikan, oleh para pengelola turisme. Bagaimana kita melayani dengan baik, tanpa kehilangan harga diri. Dan tidak membiarkan para turis itu berbuat seenaknya, dan tidak menghormati budaya kita.
Begitulah kira-kira, Pak Sandiaga …
Kemayoran : 15 Maret 2023
Ki Pandan Alas