
Saya sudah cukup lama mengikuti video Ngaji Filsafat dari DR. Fakhruddin Faiz. Terus terang saya belajar banyak dari apa yang dipaparkan beliau, mengenai konsep berfikir dari para filsuf cendekia dan sufi antara lain: Syaikhul Isyraq Suhrawadi, Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Al Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, Mulla Sadra, dan lainnya. Juga para filsuf jaman sebelumnya seperti: Socrates, Plato, Aristoteles dan lainnya.
Beliau selalu mengatakan bahwa Ngaji Filsafat, adalah ibarat salah satu pintu masuk untuk mempelajari lebih dalam tentang hakikat manusia. Jadi itu berupa semacam pengenalan, agar orang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut.
Diksi dan cara penyampaian beliau yang santai, dengan bahasa yang mudah dimengerti dan contoh-contoh yang kekinian, membuat saya terus mengikuti Ngaji Filsafat. Terminologi tasawuf dan sufisme yang beliau paparkan, terasa menyentuh, menyadarkan, menyejukkan dan membuka wawasan lebih luas.

Dan rasanya saya beruntung, karena hari Rabu Wage, 22 Februari yang lalu, saya sempat mengikuti secara langsung Ngaji Filsafat di Masjid Jenderal Sudirman Demangan Jogjakarta. Pada malam itu judulnya “Patah Hati Dalam Perspektif Sufisme.” Judul yang menarik dan terasa pas bagi anak-anak muda millennial dan Generasi Z.
Malam itu, Masjid Jenderal Sudirman terisi 3/4 nya, dan di luar masjid ternyata penuh juga terisi peserta yang mengikuti. Dan yang sungguh menarik, hampir semua yang hadir adalah anak-anak muda, kelihatannya para mahasiswanya DR. Fahruddin Faiz. Saya menengok kanan dan kiri, ternyata saya yang paling tua, diantara mereka. Ya sudah biarin deh.
Saya tidak akan mengulas panjang, semoga videonya segera beredar di Youtube. Dan bagi yang kebetulan membaca tulisan ini dan tertarik, dapat mencari dan menyimaknya agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Pada malam itu, persis jam 8 malam acara dimulai. DR. Fahruddin Faiz memberikan paparannya mengambil beberapa insight penting dari para sufi antara lain: Hazrat Sultan Bahu, Imam Syafii, Hazrat Inayat Khan, Syamsuddin At-Tabrizi (guru dari Jalaluddin Rumi), Rabiah al Adawiyah dan Maulana Jalaluddin Rumi.
Patah hati adalah situasi dimana seseorang mengalami kegalauan, kesedihan, tidak happy, karena harapan dan keinginannya kepada seseorang atau akan sesuatu, tidak terpenuhi.
Menurut beliau, para cendekia sufi menjelaskan bahwa patah hati itu justru sangat penting! Lho kok begitu? Sebab dengan mengalami sakit hati, seseorang terhindar dari kemelekatan kepada seseorang atau kepada sesuatu.
Jika kemelekatan itu tidak bisa dilepaskan, dia akan sangat terobsesi kepada keinginannya semata, maka orang itu akan melupakan Allah. Padahal Allah Maha Pencemburu, dan tidak pernah mau diduakan!
Imam Syafii berkata:
“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain DIA. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut, agar kamu kembali berharap kepada-NYA”
Jadi patah hati sesungguhnya membawa hal yang positif, bagi yang mengalaminya. Sebab mereka yang mengalami akan memasuki suatu fase baru, putus dari yang lama, untuk kemudian menjadi pribadi yang baru yang sama sekali berbeda dari yang sebelumnya.
Yang ditekankan oleh DR. Fahruddin Faiz adalah jangan sampai patah hati, justru membuat putus asa. Sebab putus asa adalah jalan masuk ke kekhufuran. Putus asa berarti tidak percaya kepada Allah. Dan itu adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah.
Jadi patah hati, mesti menjadi sarana untuk bangkit memperbaiki diri sendiri. Kemudian menjadi pribadi yang baru, dengan tingkat yang lebih baik dan lebih bermartabat, dari yang sebelumnya.

Rabu Wage, 22 Februari 2023
Ada beberapa tingkatan ketika berhubungan dengan Allah, dalam keadaan mengalami penderitaan, antara lain adalah :
1. Fase Confirming: seseorang merasakan kehadiran Allah, sehingga lahirlah harapan.
2. Fase Responsive: seseorang merasakan bahwa Allah selalu dekat dengannya, selalu baik padanya, selalu memperhatikan dirinya dan mengabulkan doa-doanya.
3. Fase Ecstatic: fase keimanan dan kelekatan dengan Allah. Pada fase ini, apapun yang diberikan Allah – meski duka dan penderitaan – membuat semakin besarya cinta kepada-NYA.
Dalam pemahaman saya, patah hati bukanlah semata-mata mengenai cinta antara dua anak manusia, tetapi bisa bermakna “kegagalan” dalam hal apa saja! Dan manusia mesti fight untuk melakukan recover dan mendapatkan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Jika terpaku kepada kegagalan, tidak mencari jalan keluar untuk mengoreksi kegagalan itu, berarti lupa kepada Yang Maha Penyebab kegagalan itu terjadi. Pasti ada rahasia mengapa kegagalan itu diciptakan, hanya saja orang tidak tahu dan tidak mengerti. Dan itu juga adalah menjadi rahasia-NYA.
Dengan berusaha untuk bangkit, orang pasti akan menemukan rahasia dibalik kegagalan yang diterimanya. Ini berlaku bagi yang mau berfikir dan merenungkannya.
Jam sepuluh malam, DR. Fahruddin Faiz mengakhiri Ngaji Filsafat, beliau menyampaikan beberapa doa untuk bertahan dari patah hati ini. Silakan dibaca kembali dan direnungkan kembali QS. Al Insyirah 5-6, QS. Ar-Rad 28 dan 24, QS. Al Baqarah 216 dan 186.

Menurut Panitia setelah Ramadhan akan Ngaji Filsafat ini akan merayakan ulang tahun yang ke 10. Wah selamat ya. Sungguh luar biasa. Saya salut, sebab yang hadir sebagian besar adalah anak-anak muda yang mesti punya panduan yang jelas untuk mengarungi kehidupan.
Ditengah-tengah arus informasi dan kemajuan teknologi yang begitu fantastis, anak-anak muda semestinya mendapat bekal yang memadai, untuk berselancar di dunia yang memberikan begitu banyak pilihan sekaligus godaan. Semoga Ngaji Filsafat, terus menginspirasi dan menjadi sarana generasi muda untuk belajar lebih lanjut.
Saya keluar lewat belakang. Ternyata masih penuh dengan peserta yang belum beranjak pergi. Di deretan paling belakang ada yang menjual buku. Saya beli dua buku DR. Fahruddin Faiz judulnya “Terjemah Rasa” dan “Ihwal Sesat Pikir Dan Cacat Logika”.
Akhirnya perlahan saya bergeser keluar. Dan anak-anak muda itu masih banyak yang bergerombol. Ada satu dua sudah mulai meninggalkan masjid, naik motor sendiri dan ada yang dijemput ojek online. Untunglah cuaca cerah padahal hari-hari terakhir ini, Yogya selalu diguyur hujan setiap sore dan malam.
PTSI : Yogya, 23 Februari 2023
Ki Pandan Alas
Luar biasa, ingin ikut mengikuti terus pak HL
Alhamdulillah …