Anakmu bukan anakmu. Dia adalah anak Sang Hidup. Dia datang melalui engkau tetapi bukan dari engkau! Itu yang dikatakan oleh Khalil Gibran (1883-1931).
Walaupun begitu seorang anak menjadi dewasa, melalui beberapa tahapan. Dan proses tahap demi tahap itu, menjadi tanggung jawab orang tuanya. Di mulai sejak melahirkan, membesarkan, mendidik & menyekolahkan, sampai menikahkan. Kemudian melepaskan, merelakan dan mengikhlaskan.
Semua tahapan-tahapan itu memiliki kesulitan dan masalahnya tersendiri. Hanya saja yang paling terasa agak sulit, adalah tahap terakhir. Ketika orangtua harus melepaskan dan merelakan anak-anak, menjadi “milik” orang lain.
Orangtua sudah tidak bisa lagi mengendalikan mereka sepenuhnya. Mereka akan hidup dengan cara dan gayanya sendiri-sendiri.

Khalil Gibran berkata :
Jiwa mereka tinggal di rumah masa depan, yang takkan bisa engkau datangi, bahkan dalam mimpimu.Sebab, kehidupan tidak bergerak mundur dan tidak tinggal bersama hari kemarin.
Orangtua hanyalah ibarat busur, yang meluncurkan anak-anak sebagai panah hidup. Sang Pemanah mengetahui sasaran anak panah-NYA. Tugas orangtua hanya melengkungkan busur sekuat tenaga, agar anak panah dapat melesat cepat dan jauh.
Sang Pemanah mencintai anak panah dan busur-NYA.
Sekarang orangtua tinggal mengiringi dengan doa. Semoga anak panah-NYA melesat cepat. Dan tepat mengenai sasaran. Aamiin …
Bismillah …
KPA : 31 Okt 2022
Tulisan yang amat menyentuh, terutama bagian merelakan dan mengikhlaskan. Hal yang perlu dipelajari seumur hidup dalam hal apapun. Terimakasih om, tulisannya sangat bagus