Akhirnya pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM mulai tanggal 3 September jam 14.30. Harga pertalite dari Rp. 7.650.- menjadi Rp 10.000.- per liter. Solar bersubsidi dari Rp. 5.150.- naik menjadi Rp 6.800,- per liter, dan Pertamax dari Rp. 12.500.- menjadi Rp. 14.500.-
Keputusan berat ini harus diambil pemerintah karena subsidi sebesar Rp. 502 Triliun akan habis pada bulan September ini. Dan jika tidak ada subsidi, maka akan diperlukan tambahan biaya Rp. 198 Triliun, sampai akhir tahun 2022.

Mengapa BBM harus naik? Masalah yang sebenarnya adalah karena terganggunya supply BBM akibat dari perang Rusia dan Ukraina yang dimulai pada tanggal 24 Februari 2022 dan belum tahu kapan selesainya. Kemudian dipicu ada persaingan hegemoni di laut China Selatan antara Cina dan Amerika. Konflik ini mengakibatkan China mengadakan latihan perang besar-besaran di perairan Taiwan, sehingga membuat jalur supply BBM internasional menjadi terganggu.
Juga ada masalah di dalam negeri Amerika sendiri di mana partai Demokrat di bawah Presiden Joe Bidden ditengarai akan kalah. Dan untuk menjaga dukungan rakyat, maka Amerika lalu membangun image mengenai common enemy atau musuh bersama. Dan yang dianggap musuh bersama itu adalah China. Dengan cara membuat isu itu akan mendongkrak popularitas partai Demokrat ini, sehingga bisa terangkat naik. Jadi masalah dalam negeri Amerika itu, ternyata juga ikut mempengaruhi masalah dunia!
Pemerintah Indonesia sendiri cukup berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menaikkan BBM ini. Sebab selama ini ditengarai subsidi BBM ini justru lebih banyak dinikmati oleh masyarakat di tingkat menengah ke atas. Mereka yang memiliki mobil bagus, tetapi masih juga membeli BBM Pertalite. Ini barangkali adalah mindset manusia Indonesia, walaupun harga mobilnya miliaran, tetapi masih memilih BBM dengan harga yang murah. Tentu saja ini mengurangi jatah kepada yang sebenarnya lebih layak menerima subsidi ini, yaitu masyarakat golongan menengah ke bawah.

Oleh sebab itu, pemerintah memilih untuk memberikan subsidi lebih langsung oleh karena itu pemerintah akan memberikan bantuan sebesar Rp. 600 ribu per kepala keluarga selama 4 bulan yang ditujukan kepada 22,6 juta penduduk yang diperkirakan masih berada di bawah rata-rata. Kemudian juga subsidi yang diberikan kepada 16 juta orang para pekerja.
Mudah-mudahan dengan cara langsung pemberian subsidi ini bisa dinikmati lebih langsung kepada mereka yang seharusnya befhak menerima subsidi. Selain itu pemerintah juga meminta kepada Pemda untuk menggunakan 2% dari Dana Transfer Umum, untuk digunakan mendukung transportasi termasuk juga ojek.
Kelangkaan BBM ini semakin hari akan semakin terasa. Dan seyogyanya penggunaan energi fosil ini sebaiknya digantikan dengan Energi Baru dan yang Terbarukan (EBT). Seyogyanya mulai dpikirkan pemerintah perlu memberikan alokasi dana yang cukup dalam rangka mengembangkan EBT ini tidak saja hanya bertumpu pada BBM yang diperoleh dari energi fosil, yang semakin hari akan semakin menipis jumlahnya. Selain itu juga menimbulkan emisi yang membuat polusi udara. Dengan mengubah menjadi EBT, negara-negara di seluruh dunia bisa lebih menghemat fosil base energy atau malah beralih sepenuhnya kepada EBT yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Alternatif lain adalah mengembangkan energi nuklir. Pernah beberapa kali ada wacana untuk mendirikan reaktor nuklir di Gunung Muria, tetapi tampaknya rencana ini tidak berlanjut. Barangkali dibayangi bencana Chernobyl pada tanggal 26 April 1986 dan Fukushima Daichi tangggal 11 Maret 2011, membuat banyak negara ragu-ragu menggunakan tenaga nuklir sebagai penghasil daya listrik, termasuk Indonesia.
Kenaikan BBM Ini pasti ini akan menimbulkan cukup gejolak di masyarakat. BBM adalah price leader jika harganya naik, maka akan mendorong semua harga untuk ikut-ikutan naik. Apalagi dengan kondisi yang baru saja lepas dari Pandemi Covid ini, dimana perkeonoman baru saja menggeliat kembali. Kenaikan harga BBM ini akan menimbulkan tekanan yang cukup keras kepada masyarakat yang berada pada 20% terbawah. Mereka inilah yang akan cukup mengalami tekanan kenaikan harga BBM yang berat dan tidak mudah ini.

Dan sudah pasti ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ada argumen dan penjelasan akademis yang diberikan oleh para pakar dibidangnya masing-masing. Selanjutnya –ini yang harus diwaspadai–kenaikan arga BBM bakal mengundang demo ketidak-puasan. Semoga demo-demo itu tidak berubah menjadi anarkhis, apalagi disusupi oleh pihak-pihak yang memang memiliki agenda tersembunyi lainnya.
Akhirnya, mudah-mudahan kita segera bisa keluar dari masalah yang ruwet dan memprihatinan ini dan membuat daya tahan bangsa ini bisa menjadi meningkat lagi.
Kemayoran, 5 September 2022
KPA