PUJIAN & MAKIAN

Manusia bertindak dan berpikir dengan cara positif dan negatif, berdasarkan asumsi, persepsi dan keyakinannya masing-masing. Dan itu sangat dipengaruhi juga oleh daya spiritualnya.

Mereka yang berpikiran positif selalu melihat segala sesuatu dari sisi yang positif. Mereka menyadari, bahwa tidak semua berlangsung baik dan positif. Selalu ada hal-hal yang negatif, yang membuat sesuatu jadi salah, yang membuat kecewa yang membuat sesuatu tidak benar! Dan sebagai bentuk kontribusinya, biasanya di memberikan saran dan atau masukan yang sekiranya dapat membantu memperbaiki kesalahan tersebut.

Meski demikian, secara keseluruhan, dia melihatnya dari sisi yang positif. Dan oleh karenanya, dia masih bisa mengapresiasi, menghargai dan jika perlu memuji.

Baginya, selalu ada hal yang baik, yang dia lihat dari suatu kesalahan atau keburukan. Barangkali ini adalah semacam insight dari keyakinan spiritualnya, bahwa segala sesuatu itu ada Yang Merancang dan Menciptakan, sehingga dia selalu berusaha melihat dari segi yang baik dan positif.

Sebaliknya banyak orang yang berpikir dari sisi negatif. Apapun yang dia lihat, yang ditemui dan yang dirasakan selalu dilihat dan diapresiasi dari sisi negatif. Hal-hal yg positif tidak tampak, karena tertutup asumsi negatif yang lebih besar. Apapun yang baik selalu dilihatnya dari sisi yang jelek. Yang tampak hanya kesalahan, kerugian dan keburukan. Sebab persepsi dan pandangannya memang negatif. Dia tidak berusaha mencoba mengerti orang lain! Hanya percaya pikirannya sendiri. Nggugu karepé dhéwé!

Dia merasa benar sendiri, merasa hebat sendiri dan merasa bahwa asumsinya tentang sesuatu hal, itulah yang paling baik dan benar. Walaupun ada sesuatu yang positif, dia tidak mau mengakui apalagi mengapresiasi.

Jika terpaksa, selalu mengatakan dengan kalimat sinis : “Iya sih, tapi …. “ Selalu saja ada “tapi”-nya. Dan tapinya itu nanti disebutkan dengan sudut pandang yang bersifat negatif. Sebab hatinya tidak cukup lapang, hatinya penuh curiga, dan pikirannya penuh asumsi hal-hal yang negatif! Oleh sebab itu, wajarlah jika dia tidak pernah mampu untuk melihat sesuatu yang positif. Semua tampak negatif!

Lebih parah lagi, dia lalu mengumpat dan mencela dengan arogan. Di televisi kita lihat banyak contoh model yang begini. Beberapa yang menyandang gelar terhormat dan tertinggi, –Profesor, Doktor– dengan ilmunya yang kita anggap tinggi, tetapi dengan mudah dan enteng dia mengumpat, mencela dan mencaci-maki. Bahkan dengan nada arogan mengatakan orang lain bodoh, goblok dan dungu. Dia merasa dirinyalah yang paling benar dan orang lain salah.

Kalau dikonfirmasi, dia menjawab dengan enteng, bahwa dia kan hanya memberi masukan dan koreksi atas apa yang salah. Dan itu sebenarnya hanyalah bungkus yang indah, untuk menghindar dari caci-maki dan sumpah serapahnya.

Itulah suatu fenomena yang diciptakan oleh Allah. Itu juga yang membuat dunia ini penuh retorika, menjadi menarik dan selalu saja ada sesuatu yang menjadi insight dan perlu direnungkan dan dipelajari.

Akhirnya, tidak perlu menyalahkan. Sebab kedua hal itu, baik yang positif dan negatif, kedua-duanya adalah sunatullah. Ini hanya sekedar renungan saja. Anda termasuk kategori yang mana?

Kita hanya perlu memikirkan dengan jernih, lalu melakukan sesuatu yang baik, menurut keyakinan kita, mengikuti ajaran Rasulullah, dan menurut perintah Allah.  

Kemayoran, 31 Agustus 2022

KPA