
Sekarang ini semua orang sedang memperhatikan dengan antusias tragedi kepolisian RI, yang menimpa Irjen FS. Semua orang sibuk mencari kesalahan, mencaci maki, mencibir dan mencemoohkan FS, yang kalap dan tega menghilangkan nyawa Brigadir J.
Saya mencoba melihat dari sudut yang lain. Barangkali ini justru adalah cara Allah menunjukkan kepada ummatnya tentang bujukan setan. Tentang bagaimana dunia menguasai manusia dan membuatnya kehilangan akalnya. Tentang bagaimana jabatan dan kekuasaan yang begitu tinggi, yang semestinya digunakan untuk kemaslahatan sesama ummat tetapi salah digunakan, sebab terlupa kepada Yang Maha Kuasa. Kita sedang dihadapkan kepada sesuatu bukti yang nyata, di depan mata kita semua, yang diberitakan melalui medsos, berita cetak, maupun televisi.
Kasus FS sebenarnya merupakan Fenomena Gunung Es. Masih banyak yang tersembunyi. Dan kasus yang semacam itu bisa juga terjadi di semua institusi. Hanya skalanya saja yang berbeda-beda. Barangkali saja masih tertutup, sehingga tidak diketahui publik. Sesuatu yang tertutup barangkali juga atas kehendak-NYA juga.
Motto Kepolisian RI : “Rastra Sewakottama” artinya Abdi Utama Dari Negara dan Bangsa
Semua orang bisa menepuk dada, merasa hebat dan benar, sebab aibnya tertutup. Jika aibnya terbuka, semua akan diam seribu bahasa! Sayangnya ketika aib tertutup, sering membuat orang-orang seakan lupa diri. Dan lupa bahwa eksistensinya yang hebat, itu semata-mata karena aibnya yang masih ditutup. Jika terbuka, habislah semuanya!
Syukurlah bagi yang mengerti ini, sehingga sadar dan mengerti benar siapa dirinya. Mereka yang mengerti hal ini, akan lebih berhati-hati berbicara, juga akan lebih berusaha untuk mengendalikan diri sendiri. Introspeksi akan membuatnya lebih waspada dan bijaksana.

Kasus FS adalah fenomena yang sangat bagus dan nyata untuk melakukan introspeksi, mengendalikan diri dan mengevaluasi. Jangan-jangan di dalam diri ada juga perilaku “sambo” tersebut. Sekarang masih tidak terasa, karena skala dan intensitasnya yang masih sangat kecil.
Dalam skala kecil pada masing-masing pribadi kita, sebenarnyalah ada juga perilaku “sambo-sambo” itu. Hanya saja karena skalanya masih sangat kecil, sehingga tidak terungkap keluar. Dan syukurlah tidak menjadi perhatian orang. Yang perlu diwaspadai, jangan-jangan sebagai pengidap “sambo”, hal ini justru tidak terasa. Dan malah merasa tidak punya perilaku “sambo” itu. Kita mesti mewaspadai, yang sekarang skalanya kecil ini jika menemui kondisi yang cocok dan mendukung, akan membesar,berkembag dan akan tidak dapat dikendalikan. Jadi waspadalah.
Polisi : Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat
Tragedi FS menjadi sarana yang bagus untuk mengoreksi, mengevaluasi dan memperbaiki diri sendiri. Saya merasa ini adalah contoh yang jelas dan nyata. Lebih jelas dan lebih nyata daripada yang sering kita dengar di mimbar-mimbar masjid, gereja, vihara dan pura.

Orang Jawa menyebutnya ini adalah “Kaca Benggala” yang menjadi sarana bercermin, memeriksa diri sendiri. Lalu menjalankan introspeksi, melakukan perbaikan dan membetulkan apa yang salah.
Akhirnya, mudah-mudahan kita selalu dijauhkan dari perilaku “sambo-sambo” kecil yang terus bersembunyi di dalam diri sendiri. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, senantiasa mendapatkan sinar-NYA Yang Maha Cemerlang dalam menjalani hidup dan semua tuntunan-NYA. Dan semoga Allah meridhai kita semuanya. Aamiin …
Wallahua’lam bishshawab …
Kemayoran, 21 Agustus 2022
KPA