Srimulat – “Hil Yang Mustahal”

Nonton film “Srimulat Hil Yang Mustahal” babak pertama, terasa refresh ikut merasakan lucunya Srimulat; seperti pada waktu jayanya mereka dulu. Terus terang saya salut kepada sutradaranya, Fajar Nugros yang mampu mengarahkan para aktor dan aktrisnya, dalam memerankan pelawak-pelawak yang lucu pada zaman Srimulat dulu.

Walaupun mereka sebenarnya bukan pelawak, bukan komedian, tetapi mereka mampu memerankan skenario film dengan baik, sehingga mampu menimbulkan kelucuan yang wajar seperti jaman Srimulat.

Hanya saja entah mengapa saya merasa pusat perhatian pada film babak pertama ini adalah pada Bio One, pemeran Gepeng. Ada dua babak adegan yang benar-benar membawa emosi penonton.

Yang pertama adalah ketika Gepeng atau Aris dinyatakan oleh Teguh untuk ikut pentas ke ibukota Jakarta. Padahal Gepeng sebagai penabuh kendang suka nyeletuk dan memberi komentar pemain yang ada di panggung. Teguh menegur Gepeng, kalau mau komentar jangan di bawah panggung, tetapi di atas panggung!

Gepeng bingung, dan takut dipecat. Dan Teguh berkata: “Sana, minta ijin ayahmu!” Lalu Gepeng menubruk bapaknya -yang juga penabuh kendang Srimulat- dan menangis. Itu adegan yang sungguh sangat menyentuh dan mengharukan. Banyak penonton yang mengusap matanya.

Yang kedua adalah ketika Gepeng yang dikenal sebagai Freddy oleh Royani anaknya Babe Makmur (diperankan oleh Rano Karno) dipulangkan ke Solo oleh Asmuni. Sebabnya Gepeng tidak disiplin. Dia mengajak Royani melihat pementasannya di depan Presiden. Dan sambil menunggu Royani berdandan, dia menemani Babe Makmur main catur. Itulah yang membuat Gepeng datang terlambat, di pementasan perdana. Dan membuat acara di depan presiden, kurang berhasil.

Untunglah pemecatan Gepeng alias Freddy ini tidak jadi dilakukan, karena Royani yang merasa menjadi sebab dari pemecatan Freddy itu datang, dan meminta maaf. Royani berjanji akan mengajarkan bahasa Indonesia lebih baik, agar Srimulat dapat berpentas menggunakan bahasa Indonesia, dan tidak semata-mata bahasa Jawa saja.

Adegan itu juga sangat menyentuh dan membuat banyak penonton merasa ikut bersedih, tetapi kemudian ikut merasa lega, ketika Gepeng tidak jadi dipecat.

Sedangkan adegan yang khas Srimulat adalah ketika Ki Supardi yang berperan sebagai dukun, datang ke kosnya anak-anak Srimulat. Dia diminta Timbul untuk melawan hantu yang menghantui rumah kos-kosan Srimulat. Pada adegan itu benar-benar khas Srimulat zaman dulu.

Ki Supardi memerankan Srimulat sangat tipikal, ketika dia mengambil tongkat yang bolak-balik terbalik dan merasa kehilangan kepala naga di tangkai tongkat.  Padahal karena terbalik, maka kepala naganya ada di bawah. Penonton tertawa …

Kemudian ketika dia akan pulang tetapi ditahan oleh anak-anak Srimulat. Dai membuat gerakan pura-pura pulang, tetapi balik lagi. Lalu bergerak akan pulang dan balik lagi … dan penonton kembali tertawa. Itu sangat khas Srimulat.

Kemudian ketika Ki Supardi duduk di kursi, lalu melorot bolak-balik, itu juga khas Srimulat. Penonton semakin keras tertawa. Dan ketika hantunya bener-bener datang, ternyata Ki Supardi bukannya bisa melawan hantu itu, dia juga ikut ketakutan dan malah pingsan! Penonton ngakak … Itu benar-benar lelucon khas Srimulat.

Dan yang masih menjadi pertanyaannya adalah apakah lelucon model Srimulat ini juga bisa ditangkap atau diapresiasi oleh anak-anak generasi di bawah milenial, dengan model lelucon skarkastik model Srimulat itu?

Saya kira ini perlu pembuktian lebih lanjut. Barangkali  nanti di babak kedua akan bisa membuktikan.

Apakah “Srimulat Hil Yang Mustahal” ini benar-benar mampu menghadirkan kembali model lawakan Srimulat, yang telah ada di Indonesia mulai tahun 1950; tetapi baru terkenal sekitar tahun 1990-an itu?

Film ini dibintangi oleh Bio One sebagai Gepeng, Elang El Gibran sebagai Basuki, Dimas Anggara sebagai Pak Timbul, Ibnu Jamil sebagai Tarsan, Teuku Rifnu Wikana sebagai Asmuni, Erick Estrada sebagai Kabul, Zulfa Maharani sebagai Nunung, Morgan Oey sebagai Paul, Rukman Rosadi sebagai Teguh, dan Erika Carlina sebagai Djudjuk.

Jadi jika anda belum pernah nonton, sebaiknya nonton deh. Dijamin akan fresh, tertawa terpingkal-pingkal, tentu saja jika anda cukup mempunyai selera humor yang cukup tinggi. Kalau tidak ya, mungkin hanya biasa saja deh.

Kemayoran, 10 Juni 2022

KPA