Masjid Gedhe Kauman

Oleh : Ki Pandan Alas

Masjid Gedhe Kauman

Sekali-sekali buka bersama di Masjid Gedhe Kauman, di alun-alun utara Kraton Yogyakarta. Melewati alun-alun utara, kraton tampak dari jauh. Ada traktor yang menggali lubang dalam, di depan ringin kurung. Galiannya cukup dalam dan panjang, sampai traktornya hanya terlihat sebagian, bagian atasnya saja. Belum tahu untuk apa?

Sebelum masuk Masjid Gedhe, cek suhu tubuh dulu, 36.2 derajat Celcius. Aman. Lalu ambil air wudhu dulu. Ternyata tausiah menjelang buka puasa sudah berjalan. Memasuki pemdopo masjid, ambil air teh manis dulu di gelas plastik hijau panjang. Dan seorang petugas dengan tulisan “relawan” di dadanya, mengulurkan satu bungkus nasi dengan piringnya. Kemudian petugas lain menunjukkan dimana harus duduk, diantara jemaaah yang mulai memadati pendopo masjid.

Seorang ustadz yang tampak masih muda, memberi khutbah. Isinya membahas mengenai bagaimana membersihkan hati, agar dapat bersih dari penyakit hati. Mereka yang mengidap penyakit hati, kadangkala tidak merasa sakit. Beda dengan penyakit fisik, penderitanya sadar dan segera mencari dokter untuk berobat. Nah, penyakit hati ini juga perlu “dokter” juga. Segeralah bertanya kepada “dokter hati” itu bagaimana cara mengobatinya.

Tausiah Menjelang Maghrib

Kemudian buka puasa. Menikmati teh panas manis dan nasi bungkus yang berisi nasi dengan telur berkuah dan seiris tahu. Selesai buka puasa, langsung shalat Maghrib. Di ruang utama, terisi penuh jemaaah. Sesudah Maghrib saya tidak pulang, sengaja menunggu waktu shalat Isya yang diteruskan dengan shalat Tarawih.

Shalat Tarawihnya dua kali empat rakkat dan shalat witir 3 rakaat. Sebelum shalat Tarawih, ada khutbah ringkas dari Prof. DR. Aji Gunawan, M.Eng beliau mengulas mengenai desruptive human. Pada jaman now ini, dengan era teknologi yang begitu maju, terjadi fenomena dimana dosen dan guru kalah cepat bersaing dengan mahasiwa dan muridnya mencari materi bahan ajar melalui internet. Banyak banyak guru dan dosen keteteran, dalam mencari informasi dibandingkan murid-murid dan mahasiswanya yang jauh lebih canggih.

Pada era sekarang ini muncul fenomena yang memprihatinkan. Sekarang ini, ada ribuan data dan informasi yang masuk dan dijejalkan ke HP. Informasi begitu sangat melimpah. Dan seringkali tidak semua informasi itu benar. Selain yang berguna, ada banyak —sangat banyak— informasi itu yang memberi efek buruk. Kita harus waspada. Dan dibutuhkan usaha dan cara bagaimana menangkal ini. Sebab jika informasi yang salah, diterima dan dibaca berulang kali, diberikan dan diterima berturut-turut dengan jangka waktu lama, maka yang sesuatu yang salah itu; menjadi dianggap benar! Ngeri sekali!

Masjid Gedhe Kauman Setelah Tarawih

Dan dan gejala ini sudah mulai nampak pada generasi muda kita yang menerima informasi yang begitu banyak, sangat banyak sekali. Jika tidak cerdas menyaring, memilih dan memilahnya, maka suatu saat dianggap sebagai sesuatu yang benar. Dan ini akan dianut dan menjadi dogma oleh generasi muda kita. Oleh karena itulah, kita mesti waspada mengenai disruptive human ini.

Selesai shalat Tarawih, saya sengaja berjalan kaki menuju ke titik nol. Sekedar  ingin tahu situasi Titik Nol Kilometer, ketika malam hari. Ternyata banyak remaja yang berkumpul di sini. Ada juga beberapa orang tua yang terselip, di antara mereka. Mereka duduk-duduk di bangku yang tersedia di kiri kanan jalan sambil ngobrol. Sebagian besar mereka ber-swafoto, atau membuat video.

Kilometer Nol Yogyakarta, sehabis shalat Tarawih

Di Titik Nol Kilometer pada jam 9 malam masih ramai, rasanya pasti lebih lebih ramai daripada biasanya. Pengaruh Covid-19 sudah terasa mulai menurun jauh. Perlahan-lahan kegiatan ekonomi mulai menggeliat. Para wisatawan mulai berdatangan.

Dan Yogya sangat sadar sebagai kota budaya dan parisiwata. Yogya sudah mulai mempersiapkan diri, menyambut perubahan ini. Malioboro ditata dan diatur agar lebih nyaman menjadi salah satu tujuan wisata yang masyhur di Indonesia dan juga dikenal di dunia. Beberapa tempat obyek wisata baru dikreasikan dan dibangun, untuk menarik wisatawan mengunjungi Yogya.

Semoga kita semua sehat … Tetap pakai masker dan melakukan Protokol Kesehatan dengan penuh kesadaran.

KPA : PTSI, 14 April 2022