Terhindari Dari Marabahaya

Saya mendapat WA dari seorang rekan saya, berisi video siaran TV swasta pada acara Pojok Pitu. Video itu menayangkan kisah nyata, yang sungguh sangat menggugah perasaan, hati dan membuatnya menjadi renungan yang mendalam. Sebuah kisah nyata dari Pak Wagiman (55) atau yang biasa dipanggil dengan Pak Roh.

Pak Roh tinggal di Dusun Renteng, Sumberwuluh, Candipuro Lumajang. Orang biasa, yang sangat sederhana. Pekerjaan sehari-harinya adalah pemanjat kelapa. Dia tinggal bersama isteri, anak, menantu dan dua orang cucunya. Rumahnya itu ternyata berada ditengah-tengah aliran lahar dingin Gunung Semeru, yang meletus pada tanggal 4 Desember yang lalu, sekitar pukul 14.30. Letusan itu menciptakan aliran lahar dingin, yang membinasakan apa saja yang dilewatinya.

Truk tertimbun lahar dingin Semeru

Aliran lahar dingin Semeru itu, telah menelan korban, 34 orang meninggal, 22 orang masih belum ditemukan semua. Lahar itu begitu deras mengalir mengisi sungai dengan pasir sampai rata dengan tanah. Juga menimbun rumah, menghancurkan, merusak dan meluluh-lantakkan apa saja yang menghalangi alirannya. Tetapi ternyata lahar dingin yang dahsyat itu, seakan tidak menyentuh rumah Pak Wagiman ini.

Yang mengherankan, lahar itu seakan membiarkan rumah Pak Roh tidak tersentuh sama sekali. Padahal letaknya berada ditengah-tengah aliran lahar! Tetapi rumah itu bersih! Bahkan kursi busa yang sudah agak tua, yang terletak disamping rumah, pun tidak terkena debu. Benar-benar bersih. Clean! Subhanallah …

Sudah tentu ini menjadi viral. Dan semua orang bertanya-tanya kok bisa begitu? Dan ketika ditanya apa yang dilakukan Pak Roh, kok bisa begitu? Pak Roh hanya menjawab dengan polos, tidak tahu! Dia merasa biasa-biasa saja. Baru ketika didesak, dia menjelaskan bahwa di selalu dzikir setiap hari : Subhanallah … Subhanallah … Subhanallah … Dan ketika ditanya lagi : “Baca Yasin ya Pak? Baru Pak Roh menjawab, membaca Surat Yasin 3X setiap hari.

Rumah Pak Roh (55), utuh tak tersentuh lahar dingin

Saya pernah mengikuti pengajian yang membahas masalah ini. Bahwasanya Allah selalu memilih, orang-orang yang bersih dan salih, pada saat akan menimpakan bala kepada ummat manusia. Contoh yang paling nyata, ada Nabi Nuh dengan perahunya. Pada waktu itu Nabi Nuh dianggap gila, sebab membangun kapal di suatu tempat di ketinggian, ketika musim sedang kering.

Allah memilih mahluknya yang akan diselamatkan. Jika sudah ditentukan, semua akan terjadi. Nabi Nuh pun tidak mampu menyelamatkan anaknya yang tidak mau bersama-sama naik ke perahu. Allah telah memberi pengecualian. Dan mengeluarkan orang-orang yang beriman itu dari malapetaka. Dan mereka lepas dan terhindar dari marabahaya.

Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum Lut) itu. Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah rumah dari orang-orang muslim (Lut). (QS. Az-Zariyat : 35 & 36).

Pak Roh (55) pemanjat kelapa

Kejadian nyata yang dialami oleh Pak Wagiman, menjadi sebuah renungan bersama, bahwa Allah sudah sudah sangat seringkali menunjukkan bukti-bukti yang nyata, hanya saja kita tidak cermat dalam mengamatinya. Kita cenderung melihat itu, hanya sekedar dianggap sebagai kebetulan belaka.

Padahal tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Pasti ada scenario besar yang ruwet dan saling berkelindan antara yang satu dengan yang  lain. Sesuatu yang sulit diterjemahkan oleh akal kita, tetapi seringkali ditunjukkan kepada kita, bahwa itu ternyata bisa terjadi.

Barangkali Allah sedang bercanda, dan menguji, sampai dimana kita mampu mengambil hikmah dan mengapresiasi fenomena yang tampaknya terjadi secara “kebetulan” itu.

Kemayoran, 13 Des 2021

KPA –  TarunaSatu KMO