Terbang Gembira di Bali Berakhir Sedih

K1B - Woong Bee

Kamis, 24 Juni 2010 jam 14.37 waktu Bali, cuaca di Bandara Ngurah Rai cerah, matahari bersinar dengan terang hampir tanpa awan. Dalam cuaca seperti itu, 4 buah pesawat latih dasar K1B Woong Bee milik TNI-AU, melakukan penerbangan joy flight. Rutenya dari : Bandara Ngurah Rai – Kuta – Tanah Lot – Gianyar – Padang Bai – Karang Asem – Uluwatu – Ngurah Rai. Pangdam Udayana Mayjen Rachmat Budianto ikut terbang di dalam pesawat LD 0102 bersama Capt. Letkol Ramod Sinaga.

Setelah menyusuri selatan pantai Bali, pesawat kembali ke Bandara Ngurah Rai. Dengan formasi sejajar ke 4 pesawat terbang di overhead Ngurah Rai, ketinggian 500 kaki. Tiba-tiba pesawat yang berada di sisi kanan paling luar, melakukan manouver naik ke atas. Tadinya ini dianggap sebagai bagian dari atraksi, tetapi ternyata tidak!

Formasi Woong Bee sesaat sebelum kejadian

Tiba-tiba terlihat dua benda terlontar dari pesawat, dan kemudian mengembang menjadi payung terjun merah. Ternyata 2 orang, pilot dan co-pilot telah meloncat keluar dari pesawat menyelamatkan diri dengan menggunakan ejection seat, dan payungnya mengembang dengan baik.

Sementara itu terdengar ledakan cukup keras. Pesawat yang telah kosong ditinggalkan pilot dan copilotnya itu kemudian meluncur tanpa terkendali dan jatuh di rerumputan sebelah kiri ujung runway 27.  Terjadi ledakan keras dan bola api yang besar, ketika pesawat terhempas menghantam permukaan tanah. Pesawat hancur berkeping-keping tanpa bentuk. Kalau melihat bentuknya ngeri banget. Untunglah pilot dan co-pilotnya sempat melontarkan diri ke luar pesawat yang naas ini.

Sesaat kemudian 2 buah payung mendarat dengan baik. Pangdam Udayana tampak biasa saja, beliau menunjukkan mental prajurit yang sebenarnya, tegar dan tidak gentar.

Pangdam Udayana mendarat dengan selamat

Ketika ditawari untuk naik mobil ambulans beliau tidak mau, malah beliau memilih berjalan walaupun sedikit agak terpincang-pincang pada kaki kanan beliau. Sementara itu captain pilot diangkat dengan tandu dan dibawa ambulans segera dilarikan ke rumah sakit Sanglah Bali.

Bandara Ngurah Rai pun segera bekerja keras. Landasan sementara ditutup. Petugas operasi bandara bersiap dan memeriksa landasan untuk memastikan tidak ada FOD (foreign object damage)  yang berupa serpihan dari pesawat yang jatuh dan mengotori landasan pacu. FOD ini dapat membahayakan pesawat yang mendarat dan tinggal-landas.

Akibatnya dari kejadian ini, 3 buah pesawat dari Jakarta, 2 pesawat Garuda dan 1 pesawat Lion Air harus dialihkan (divert) ke Bandar Udara Juanda. Dan 11 pesawat lainnya harus menunda keberangkatannya (delayed), termasuk 6 penerbangan internasional.

Memadamkan api dan membersihkan lokasi

Petugas PKPPK dan Operasi Bandara sibuk bekerja untuk memastikan landasan pacu aman dan dapat digunakan secara normal. Sesudah landasan dan taxiway dinyatakan bersih, maka setelah ditutup selama 1 jam, pada 16.30 Bandara Udara Ngurah Rai dinyatakan aman dan dapat digunakan untuk penerbangan berikutnya. Kejadian ini merupakan hal yang tidak diharapkan terjadi.

Musibah pesawat terakhir terjadi di Bali adalah pada tahun 1984, ketika sebuah pesawat DC-9 Garuda Indonesia mendarat dari runway 09 dan mengalami pendaratan keras (hard landing). Pesawat pecah menjadi 3 bagian dan terbakar. Ajaibnya, tidak ada seorang pun yang cedera serius. Kejadian ini dapat ditangani dengan baik.

Woong Bee tak berbentuk lagi

Sekarang setelah 26 tahun, terjadi kecelakaan pesawat lagi. Untunglah tidak ada korban jiwa. Meskipun demikian walaupun tidak melibatkan pesawat sipil, tetapi dampaknya cukup luas. Ini semata-mata karena Bandara Ngurah Rai adalah gerbang udaranya Bali, the island of paradise sehingga sekecil apa pun yang terjadi di Ngurah Rai akan menjadi berita yang menarik.

Syukur alhamdulillah tidak ada korban pada musibah kali ini. Semoga kejadian semacam ini tidak terjadi lagi di Bandara Ngurah Rai-Bali dan di bandara -bandara lainnya di Indonesia. Amin